KISAH
SEORANG TUKANG BATU
Di sebu`h siang yang terik seorang tukang batu sedang berjalan. Ia melewati rumah seorang pedagang kaya yang berdiri begitu
megah. Di serambi tampak si
pedagang kaya duduk sambil bercengkerama
dengan istrinya.
Tukang batu itu menggumam, “Hhh…, betapa enaknya menjadi
pedagang kaya…, di siang yang begitu menyengat seperti ini ia dapat duduk-duduk
santai.., rumahnya bagus pula.., ah, betapa inginnya aku jadi pedagang kaya..”
Tukang batu itupun menjadi pedagang kaya. Di rumahnya yang mewah ia duduk-duduk di
serambi sambil melihat orang yang lalu lalang di depan rumahnya.
Tiba-tiba tampak orang beramai-ramai menuju suatu
tempat. Beberapa orang berseragam sambil
menggotong sebuah tandu. Rupanya seorang
pejabat sedang lewat. Dengan
terkagum-kagum tukang batu itu melihat arak-arakan yang lewat.
“Hh, ternyata jadi pejabat lebih enak.., kemana-mana selalu
dielu-elukan orang banyak..aku ingiiin jadi pejabat..,” bisik hatinya.
Tak lama kemudian iapun menjadi seorang pejabat. Dengan di tandu ia berkeliling kota tak lupa
dikawal oleh beberapa prajurit.
Orang-orang mengelu-elukannya namun ada juga yang memandangnya dengan
cemoohan.
Siang semakin terik.
Matahari bersinar dengan garang hingga akhirnya kerumunan orang mulai
meninggalkannya satu per satu.
Si tukang batu memandang ke langit.
Hatinya berkata, “ Tenyata semua bisa dikalahkan matahari,
aku ingin jadi matahari saja ah..,”
Iapun menjadi matahari.
Dengan pongahnya disinarinya bumi.
Orang-orangmulai berkeluh kesah,
” Biasanya matahari tidak sepanas ini…,” pikir mereka.
Hari begitu panas hingga mata air –mata air mulai
kering.
Tiba-tiba datang awan
bergerak menutupi matahari.
Orang-orang bernafas lega.
“Syukur matahari tertutup awan…” kata mereka.
Si tukang batu yang menjadi matahari memandang mereka
masam. “Ternyata matahari masih kalah
oleh awan…, aku ingin jadi awan saja ah…,” gumamnya
Iapun menjadi awan.
Ditutupinya matahari dengan badannya yang bergulung-gulung hitam. Langit menjadi gelap. Hujanpun turun dengan deras bagai dicurahkan
dari langit. Orang-orang berteriak
ketakutan. Banjir melanda di mana-mana.
“Tolooong, Toloong!” teriak mereka.
Namun tak berapa lama angin bertiup. Awan hitam dipaksa menyingkir dan hujanpun
reda.
Si tukang batu mengeluh, “ Ternyata aku masih kalah oleh angin. Aku ingin jadi angin saja…”
Iapun menjadi angin. Dengan sekuat tenaga ditiupnya segala
sesuatu. Rumah-rumah roboh, pohon-pohon
tumbang, ia tertawa gembira di tengahteriakan ketakutanorang –orang.
Namun dari semua yang bisa dirusaknya ada satu benda yang
berdiri dengan kokoh yang tak bergeming oleh tiupan angin sedahsyat apapun.
“Ternyata masih ada yang lebih kuat dari angin…, aku ingin
jadi batu saja…!” keluhnya
Tak berapa lama iapun menjelma menjadi sebuah batu besar
yang berdiri dengan kokohnya. Angin
bertiup keras, ia tetap tegak berdiri menebarkan senyum pada sekitarnya.
Tiba-tiba terdengar suara orang memukul-mukul dengan
palu. Badannya terasa sakit. Seseorang sedang memukul-mukul untuk menghancurkan batu
besar menjadi bongkah-bongkah batu kecil
Si tukang batu pun berteriak ketakutan, “ Jangaaan! Sakiiit…! Aku ingin jadi tukang batu sajaaaa….!”
Pelajaran yang bisa kita ambil : Kita sering tidak puas dengan apa yang kita
miliki...:)...:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar