Rabu, 23 Mei 2012

kisah hikmah 1


KISAH SEORANG TUKANG BATU
Di sebu`h siang yang terik seorang tukang batu sedang berjalan.  Ia melewati rumah  seorang pedagang kaya yang berdiri begitu megah.  Di serambi tampak si pedagang  kaya duduk sambil bercengkerama dengan istrinya. 
Tukang batu itu menggumam, “Hhh…, betapa enaknya menjadi pedagang kaya…, di siang yang begitu menyengat seperti ini ia dapat duduk-duduk santai..,  rumahnya bagus pula..,  ah, betapa inginnya aku jadi pedagang kaya..”
Tukang batu itupun menjadi pedagang kaya.  Di rumahnya yang mewah ia duduk-duduk di serambi sambil melihat orang yang lalu lalang di depan rumahnya.
Tiba-tiba tampak orang beramai-ramai menuju suatu tempat.  Beberapa orang berseragam sambil menggotong sebuah tandu.  Rupanya seorang pejabat sedang lewat.  Dengan terkagum-kagum tukang batu itu melihat arak-arakan yang lewat.
“Hh, ternyata jadi pejabat lebih enak.., kemana-mana selalu dielu-elukan orang banyak..aku ingiiin jadi pejabat..,” bisik hatinya.
Tak lama kemudian iapun menjadi seorang pejabat.  Dengan di tandu ia berkeliling kota tak lupa dikawal oleh beberapa prajurit.  Orang-orang mengelu-elukannya namun ada juga yang memandangnya dengan cemoohan.
Siang semakin terik.  Matahari bersinar dengan garang hingga akhirnya kerumunan orang mulai meninggalkannya satu per satu.
Si tukang batu memandang ke langit.
Hatinya berkata, “ Tenyata semua bisa dikalahkan matahari, aku ingin jadi matahari saja ah..,”
Iapun menjadi matahari.  Dengan pongahnya disinarinya bumi.  Orang-orangmulai  berkeluh kesah,
” Biasanya matahari tidak sepanas ini…,” pikir mereka.
Hari begitu panas hingga mata air –mata air mulai kering. 
Tiba-tiba datang awan  bergerak menutupi matahari.  Orang-orang bernafas lega.
“Syukur matahari tertutup awan…” kata mereka.
Si tukang batu yang menjadi matahari memandang mereka masam.  “Ternyata matahari masih kalah oleh awan…, aku ingin jadi awan saja ah…,” gumamnya
Iapun menjadi awan.  Ditutupinya matahari dengan badannya yang bergulung-gulung hitam.  Langit menjadi gelap.  Hujanpun turun dengan deras bagai dicurahkan dari langit.  Orang-orang berteriak ketakutan.  Banjir melanda di mana-mana.
“Tolooong, Toloong!” teriak mereka.
Namun tak berapa lama angin bertiup.  Awan hitam dipaksa menyingkir dan hujanpun reda.
Si tukang batu mengeluh, “ Ternyata aku masih kalah oleh angin.  Aku ingin jadi angin saja…”
Iapun menjadi angin. Dengan sekuat tenaga ditiupnya segala sesuatu.  Rumah-rumah roboh, pohon-pohon tumbang, ia tertawa gembira di tengahteriakan ketakutanorang –orang.
Namun dari semua yang bisa dirusaknya ada satu benda yang berdiri dengan kokoh yang tak bergeming oleh tiupan angin sedahsyat apapun.
“Ternyata masih ada yang lebih kuat dari angin…, aku ingin jadi batu saja…!” keluhnya
Tak berapa lama iapun menjelma menjadi sebuah batu besar yang berdiri dengan kokohnya.  Angin bertiup keras, ia tetap tegak berdiri menebarkan senyum pada sekitarnya.
Tiba-tiba terdengar suara orang memukul-mukul dengan palu.  Badannya terasa sakit.  Seseorang  sedang memukul-mukul untuk menghancurkan batu besar menjadi bongkah-bongkah batu kecil
Si tukang batu pun berteriak ketakutan, “ Jangaaan! Sakiiit…!  Aku ingin jadi tukang batu sajaaaa….!”
Pelajaran yang bisa kita ambil :  Kita sering tidak puas dengan apa yang kita miliki...:)...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar