KISAH ULAMA PENAKLUK SINGA
Ibnu Thulun
adalah nama seorang raja yang mempunyai dua kepribadian. Di satu saat ia begitu baik bagai malaikat
namun di saat lain ia begitu bengis dan jahat pada rakyatnya seperti syaitan.
Karena sifat
rajanya yang seperti ini akhirnya rakyatnya tidak tahan dan mengadukannya
kepada seorang ulama bernama Ibnu Banan.
Ibnu Banan terkenal sebagai seorang ulama
yang tidak pernah merasa takut untuk menegakkan kebenaran.
Saat
Ibnu Thulun sedang rapat bersama para menterinya datanglah Ibnu Banan sambil
berteriak,” Hai, Ibnu Thulun,bertakwalah kepada Allah. Janganlah kamu menzalimi rakyat. Takutlah kamu kepada hari di mana harta dan
anak tidak bisa memberikan manfaat apa-apa kecuali amal kebaikan! Sesungguhnya pemimpin yang menzalimi
rakyatnya tidak akan mencium bau surga!”
Mendengar
suara ini semua menteri langsung terdiam.
Bagaimana mungkin ada orang yang berani mengingatkan raja seperti itu?
“Wahai
Ibnu Banan, berani sekali kamu berkata di depan orang banyak seperti itu! Tapi tak apa, aku akan memaafkanmu asal kau
mau meminta maaf di hadapan orang banyak sekarang juga!” jawab Ibnu Thulun.
“Tidak,
aku tidak akan meminta maaf padamu! Aku
mengingatkanmu!” jawab Ibnu Banan.
Wajah
Ibnu Thulun merah padam karena marah.
“Pengawal,
seret orang ini ke penjara! Besok
biarkan dia di tengah gelanggang dan lepaskan singa yang telah tidak diberi
makan selama tiga hari! Biarkan ia
menjadi santapan singa!”
Beberapa
pengawal segera menyeret Ibnu Banan ke panjara.
Keesokan harinya orang-orang
beramai-ramai menuju gelanggang tempat dimana Ibnu Banan hendak dihadapkan pada
seekor singa.
Tak berapa lama Ibnu Banan digiring ke
tengah gelanggang. Seekor singa yang
kelaparan dilepaskan dari kandangnya.
Orang-orang memekik ngeri
mendengar auman singa itu.
Ibnu
Banan memejamkan mata lalu bersujud kepada Allah. Singa yang tadinya mendekati Ibnu Banan
dengan garangnya tiba-tiba berperangai lembut.
Didekatinya Ibnu Banan lalu dijilatinya kaki Ibnu Banan.
Orang-orang
berteriak penuh rasa takjub. Singa itu
sama sekali tidak ingin memakan Ibnu Banan.
Hingga akhirnya Ibnu Thulun memerintahkan prajuritnya untuk membawa
singa itu kembali ke kandangnya.
Ibnu
Bananpun disuruh menghadap kepada Ibnu Thulun.
“Bagaimana
keadaanmu Ibnu Banan?” tanya Ibnu Thulun
“Seperti
yang kau lihat, aku baik-baik saja,” jawab Ibnu Banan lembut.
“Apa
yang kau ucapkan dalam sujudmu?” tanya Ibnu Thulun lagi.
“Aku
membaca firman Allah: Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan
Tuhanmu. Sesungguhnya kamu berada dalam
penglihatan kami.”(QS. At Thur 48)
Seketika Ibnu Thulun bangkit dari
tempat duduknya dan mencium kepala Ibnu Banan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar