Sabtu, 02 Juni 2012

kisah hikmah4


KISAH ULAMA PENAKLUK SINGA

Ibnu Thulun adalah nama seorang raja yang mempunyai dua kepribadian.  Di satu saat ia begitu baik bagai malaikat namun di saat lain ia begitu bengis dan jahat pada rakyatnya seperti syaitan.
Karena sifat rajanya yang seperti ini akhirnya rakyatnya tidak tahan dan mengadukannya kepada seorang ulama bernama  Ibnu Banan.
Ibnu Banan terkenal sebagai seorang ulama yang tidak pernah merasa takut untuk menegakkan kebenaran.
            Saat Ibnu Thulun sedang rapat bersama para menterinya datanglah Ibnu Banan sambil berteriak,” Hai, Ibnu Thulun,bertakwalah kepada Allah.  Janganlah kamu menzalimi rakyat.  Takutlah kamu kepada hari di mana harta dan anak tidak bisa memberikan manfaat apa-apa kecuali amal kebaikan!  Sesungguhnya pemimpin yang menzalimi rakyatnya tidak akan mencium bau surga!”
            Mendengar suara ini semua menteri langsung terdiam.  Bagaimana mungkin ada orang yang berani mengingatkan raja seperti itu?
            “Wahai Ibnu Banan, berani sekali kamu berkata di depan orang banyak seperti itu!  Tapi tak apa, aku akan memaafkanmu asal kau mau meminta maaf di hadapan orang banyak sekarang juga!” jawab Ibnu Thulun.
            “Tidak, aku tidak akan meminta maaf padamu!  Aku mengingatkanmu!” jawab Ibnu Banan.
            Wajah Ibnu Thulun merah padam karena marah.
            “Pengawal, seret orang ini ke penjara!  Besok biarkan dia di tengah gelanggang dan lepaskan singa yang telah tidak diberi makan selama tiga hari!  Biarkan ia menjadi santapan singa!”
            Beberapa pengawal segera menyeret Ibnu Banan ke panjara. 
Keesokan harinya orang-orang beramai-ramai menuju gelanggang tempat dimana Ibnu Banan hendak dihadapkan pada seekor singa. 
Tak berapa lama Ibnu Banan digiring ke tengah gelanggang.  Seekor singa yang kelaparan dilepaskan dari kandangnya.  Orang-orang memekik ngeri  mendengar auman singa itu.
            Ibnu Banan memejamkan mata lalu bersujud kepada Allah.  Singa yang tadinya mendekati Ibnu Banan dengan garangnya tiba-tiba berperangai lembut.  Didekatinya Ibnu Banan lalu dijilatinya kaki Ibnu Banan.
            Orang-orang berteriak penuh rasa takjub.  Singa itu sama sekali tidak ingin memakan Ibnu Banan.  Hingga akhirnya Ibnu Thulun memerintahkan prajuritnya untuk membawa singa itu kembali ke kandangnya.
            Ibnu Bananpun disuruh menghadap kepada Ibnu Thulun.
            “Bagaimana keadaanmu Ibnu Banan?” tanya Ibnu Thulun
            “Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja,” jawab Ibnu Banan lembut.
            “Apa yang kau ucapkan dalam sujudmu?” tanya Ibnu Thulun lagi.
            “Aku membaca firman Allah: Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu.  Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami.”(QS. At Thur 48)
            Seketika Ibnu Thulun bangkit dari tempat duduknya dan mencium kepala Ibnu Banan.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar