Kisah
Seorang Ibu Bermata Satu
Ketika anaknya pertama kali masuk
SD, dengan penuh rasa bahagia ibu itu mengantarkannya sampai ke pintu
gerbang. Namun si anak marah-marah dan
menyuruh ibunya segera pulang karena ia
malu mempunyai ibu yang bermata satu.
Meskipun sedih ibu itupun
meninggalkan anaknya dan terus mengamati anaknya yang begitu ceria dari
kejauhan.
Hari demi hari berlalu, tahun demi
tahun datang silih berganti. Si anakpun tumbuh
dewasa, namun seiring dengan kedewasaannya dia merasa semakin malu mempunyai
ibu yang seperti itu, sehingga ia lebih sering menghardik ibunya.
Apalagi jika ada teman-temannya
datang ke rumah, anak itu pasti segera menyuruh ibunya masuk supaya
teman-temannya tidak tahu keadaann ibunya.
Si anak semakin dewasa, ketika
sudah mendapatkan gadis pilihan hatinya iapun menikah.
Betapa bahagianya hati Sang Ibu. Ia tak peduli meskipun perlakuan anak
terhadap dirinya tak pernah berubah.
Ketika sudah berumah tangga anak
ini tidak pernah sekalipun menjenguk ibunya.
Berkali-kali istrinya mengingatkan, namun ‘sibuk’ itulah yang selalu
menjadi alasannya.
Hingga suatu ketika datang kabar
bahwa ibunya sakit keras. Orang-orang
mengatakan pada anak itu bahwa ibunya sangat mengharap kedatangannya
Meskipun istrinya memaksa berkali-kali namun tidak sedikitpun
juga ada keinginan dalam hatinya untuk menengok ibunya.
Akhirnya datang kabar bahwa
ibunya sakit keras. Orang-orang
mengatakan pada anak itu bahwa ibunya sangat mengharap kedatangannya.
Meskipun istrinya memaksa berkali-kali namun tidak juga ia
datang menengok ibunya.
Hingga akhirnya datang kabar
bahwa ibunya telah meninggal dunia...
Dengan paksaan orang-orang akhirnya anak inipun menjenguk
ibunya untuk terakhir kalinya.
Menjelang pemakaman tiba-tiba seorang
kerabat mendatangi anak ini sambil menyodorkan sebuah kertas lusuh yang ternyata adalah surat
terakhir dari ibunya.
Dibukanya kertas yang di dalamnya tersusun huruf-huruf yang
tertata indah..
Buat anakku tercinta..,
Ibu bahagia sekali melihat engkau tumbuh dan
bersekolah dengan baik, dan akhirnya dapat mencapai apa yang kamu cita-citakan.
Ibu benar-benar bersyukur atas semua kebahagiaan yang
kamu peroleh karena sebenarnya saat kecil kamu terlahir dengan mata cuma satu,betapa
pedihnya hati Ibu saai itu. Akhirnya ibu
merelakan satu mata ibu untuk diberikan kepadamu...
Anak ini tidak mampu melanjutkan
membaca surat itu. Segera ia memeluk dan langsung meraung-raung menangisi jasad
ibunya... Seribu penyesalan begitu bergejolak dalam hatinya, namun semua itu
ternyata sia-sia belaka..
Pesan dari cerita ini adalah:
Marilah kita berikan kasih sayang pada orang sekitar kita, terutama orang tua
kita.
Jangan terlambat memberikan kasih sayang karena
itu akan membawa penyesalan dalam hidup kita..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar